Pak Presiden Joko Widodo yang terhormat.
Apa salahnya bila kau temui saja dulu para demonstran di Istana mu itu. Mereka bukan akan menghajarmu, mereka hanya ingin menyampaikan aspirasinya. Sangat besar harapan mereka pada mu wahai Presiden.
Kenapa kau tinggalkan mereka di jalanan ! Mereka itu adalah manusia-manusia yang menjadikanmu bisa berada di jabatan yang kau duduki saat ini.
Mereka juga Muslim, sama sepertimu. Mereka adalah saudaramu yang telah tersakiti hatinya karena kitab sucinya di lecehkan. Apa kau tahu, kitab suci mereka yang dilecehkan itu adalah kitab Al-Qur'an. Kitab suci yang sama dengan kitab sucimu.
Kenapa rel kereta bisa jadi lebih penting bagimu. Dibandingkan rakyatmu, yang menuntut hal mulia yang jauh lebih penting dari rel kereta ! Mereka menuntut keadilan dan kebenaran ditegakan !
Ya, benar. Yang mereka tuntut adalah hanya satu ayat dari Al-Qur'an. Surah Al-Maidah Ayat 51 yang mungkin tidak berarti apa-apa bagimu. Tapi seharusnya kau sebagai orang yang bisa mencapai kedudukan RI1, mestinya kau bisa memahami lebih jauh bahwa pelecehan Al-Qur'an Surah Al-Maidah Ayat 51 oleh ahok Laknatullah juga telah melanggar Sila-sila Pancasila yang pernah kau akui bahwa harus dijunjung tinggi !
Wahai Presiden yang terhormat, bila kau tidak mau membela agamamu, maka belalah Pancasilamu. Pelanggaran atas Pancasila juga adalah pelanggaran hukum yang sangat berat dan tidak bisa ditolerir sedikit pun !
Aku tahu, rel kereta yang sedang kau tinjau itu memang penting. Tapi itu kan bisa di tunda wahai presiden. Kau bisa mengurusnya besok.
Seharusnya saat ini, kau itu melayani rakyatmu yang datang dari segala penjuru negeri ini untuk memohon bantuan kepadamu wahai presiden. Mereka sudah tak tahu lagi harus kemana untuk menuntut keadilan. Diantara mereka banyak orang susah wahai pak presiden, jangan kau tambah susah lagi mereka dengan membiarkan mereka terkatung-katung di jalanan karena pemimpin yang mereka harapkan bisa membantu mereka, justru tak perduli pada mereka. Pemimpin yang mereka harapkan, justru mencampakan dan menelantarkan mereka dijalanan.
Mereka yang disana tidak membawa isi hati mereka sendiri. Kau juga harus tahu wahai presiden, dibelakang ratusan ribu manusia yang sekarang datang ke istanamu, mereka juga turut serta membawa harapan kami yang tak mampu mencapai jakartamu. Mereka tidak hanya membawa isi hati mereka sendiri, tapi juga isi hati kami.
Comments
Post a Comment